Partisipasi pemilih muda, terutama Generasi Z, menjadi sorotan dalam pesta demokrasi karena potensi mereka dalam membentuk masa depan politik. Pemilu Februari 2024 lalu di Indonesia menunjukkan bahwa Gen Z dan Milenial mendominasi komposisi pemilih. KPU telah menetapkan DPT Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih, di mana 66,8 juta dari mereka adalah Generasi Milenial dan 46,8 juta dari Gen Z.
Menjelang Pilkada Jakarta 2024, Gen Z semakin aktif mengekspresikan antusiasme mereka dalam menentukan pilihan. Mereka mencari informasi, mengkritik, dan mengekspresikan ketidakpuasan melalui media sosial. Namun, ada juga yang mulai memilih untuk golput.
Deananda Ranisha, seorang warga Jakarta Selatan, mengikuti dinamika Pilkada Jakarta 2024 meskipun sibuk bekerja. Dia memaknai pilkada sebagai penentu nasibnya dalam berbagai hal. Media sosial membantu Dea untuk terus memperbarui informasi politik.
Mochamad Tegar Alam Setiadi, Gen Z asal Jagakarsa, Jakarta Selatan, menggunakan media sosial sebagai sumber utama informasi politik. Dia aktif dalam menyampaikan dukungan dan kritik kepada paslon. Tegar juga memantau jejak digital paslon di media sosial sebelum memutuskan pilihan.
Tegar merasa pentingnya sosialisasi dan edukasi dari KPU untuk pemilih pemula terkait tahapan dan etika dalam Pilkada Jakarta yang aman dan damai. Politik bukan hanya tentang program paslon, tapi juga tentang pemahaman sistem pemilihan yang berubah-ubah.
Gen Z perlu lebih memperhatikan proses politik secara keseluruhan, bukan hanya terpaku pada gimik dan program paslon. Mereka juga harus fokus pada sosialisasi dan pemahaman sistem pemilihan untuk mewujudkan pesta demokrasi yang berkualitas.